Menjaga Eksistensi Pendidikan Diniyah, Hadapi Berbagai Macam Tantangan


Ahad, 06 Dzul Hijjah 1444 H, Pengurus Pondok Pesantren Todungih (PPT) menggelar acara pembinaan untuk staf pengajar Madrasah Jabal Fuqoro' Ila Rahmatillah PPT. Acara ini bertempat di barat gedung Ibnu Kholdun PPT. Acara yang berlangsung khidmat ini dinarasumberi oleh Ustadz Alil Wafa, Sidogiri

Setelah lantunan Qasidah Muhammadiyah yang dipimpin oleh Ustadz Zainullah Abd. Mujib (Sekretaris I), Ustadz Achmad Maushul memberikan sambutan.

Dalam sambutannya, sekretaris umum PPT ini menyampaikan bahwa pembinaan Guru MJF Pondok Pesantren Todungih ini sudah berjalan selama 16 tahun. Hal ini berdasarkan arsip surat undangan Pembinaam Guru Perdana yang tertulis tanggal 28 Dzul Hijhah 1429 H atau 26 Desember 2008 M dengan menghadirkan Ustadz Imron Husnan dari Bangkalan sebagai Nara Sumber. Hal ini harus disyukuri dan diingat sebagai catatan sejararah bagi generasi selanjutnya.

Dilanjut dengan taujihat atas nama Majelis Keluarga Pondok Pesantren Todungih yang diurai serta disampaikan oleh KHM. Luai Imam Rosyad. Di awal taujihatnya beliau menjelaskan fungsi dan Struktur Majelis Keluarga PPT, kemudian beliau memberi arahan agar dalam berkhidmah di Pondok Pesantren Todungih senantiaasa memperbarui niat dan patuh terhadap aturan yang telah ditetapkan serta menerima apapun tugas yang diamanahkan.

Dalam pembinaan kali ini, Ustadz Alil Wafa memulai dengan kisah-kisah para masyayikh dan guru-guru di Sidogiri, untuk menginspirasi secara ruhiyah terhadap para guru yang sama-sama berjuang di lembaga diniyah agar semakin semangat dan Istiqomah karena sewaktu-waktu pikiran seorang akan menemukan titik jenuhnya.


Madrasah diniyah dan lembaga pesantren  merupakan benteng terakhir umat Islam karena di sanalah keilmuan, keagamaan dan keislaman diajarkan secara komprehensif dengan tahapan-tahapan yang konkrit dan lengkap sekaligus otentik.

Kita tidak akan  bisa memahami Islam secara keseluruhan dan ritual ibadah secara lengkap kecuali di madrasah diniyah dan pondok pesantren. Dan kita sebagai guru, ikut berjuang di dalamnya menjaga eksistensi keberadaan lembaga ini. Lebih lanjut beliau menjelaskan tahapan-tahapan untuk menghadapi tantangan tantangan madrasah diniyah yang bermacam-macam, baik tantangan internal ataupun eksternal, ditambah lagi pola pikir dan paradigma masyarakat yang sudah bergeser atau berbeda dengan masyarakat terdahulu serta kondisi santri atau murid yang juga berbeda, belum lagi pola pikir masyarakat yang mengukur keberhasilan sebuah pendidikan itu dengan kesuksesan di bidang materi.

Menghadapi realita seperti ini kita harus melakukan sesuatu, jangan membiarkan dan pasrah pada keadaan dan harus kita cari akar masalahnya. Kalau akar masalahnya sudah ketemu maka harus kita jadikan persoalan. Sebab masalah itu tidak akan menjadi masalah kalau tidak dipermasalahkan.

Kalau kita tidak melakukan apa-apa, maka bersiap-siaplah madrasahnya gulung tikar. Di sisi lain kita harus membangun dan menguatkan profesional administratif.

Untuk mencari jawaban dari problem di lembaga masing-masing butuh lebih dari satu kepala yang sama-sama punya kesadaran bersama dan pemahaman bersama sekaligus keinginan bersama untuk mengadakan perubahan, serta mencari formulasi baru untuk mwnjawab problematika yang muncul seiring perkembangan zaman 

Pada intinya, urusan lahir harus kita pegang, harus kita maksimal hingga terbentuk profesional administratif, tapi urusan jiwa harus kita pertahankan, ruh dan jasad harus berimbang.

Setelah panjang lebar memaparkan materi pembinaanya, acara dilanjut dengan sesi tanya jawab. Sebelum acara ditutup dengan doa terlebih dahulu Pengurus Pondok Pesantren Todungih memberikan cendra hati sebagai ungkapan terimakasih kepada beliau. Dalam hal ini diwakili oleh K. Bukhori Zahri (Ketua Umum) dibantu oleh Ust. Imam Ghazali (Kepala Batartama).