Menata Diri Lahir & Batin | Rapat Pendidikan

 

Ahad, 28 Rabiuts Tsani 1445 H. Pengurus Pondok Pesantren Todungih (PPT) meggelar agenda tahunan yang disebut dengan Rapat Pendidikan PPT. Rapat itu membahas tentang penetapan Staf Pengajar Madrasah Jabal Fuqoro' Ila Rahmatillah (MJF) di tahun pelajaran 1445-1446 yang akan datang dan Personalia Pengurus PPT di masa khidmah 1445-1448.

Dalam acara yang berlokasi di Kediaman K. Husnul Khitam Nawawi, Tambak Omben Sampang ini, KHM. Abdullah Imam mendapat kehormatan untuk menyampaikan Taujihat mewakili Majelis Keluarga PPT yang lain.

Dalam taujihatnya, beliau menekankan bahwa sebagai pendidik kita tidak boleh hanya ikhtiyar secara lahir tapi juga harus memperkuat ikhtiyar secara batin.

Kata beliau, Kita ini diberi amanah melaksanakan tugas kepesantrenan agar kita semua menjadi uswah hasanah. Uswah hasanah itu banyak titik tekannya, yang jelas hal itu berangkat dari kita masing-masing. Satu contoh, bagaimana sekiranya kita punya syafaqah kepada anak (didik) kita sendiri dan bagaimana kita sekiranya bisa punya jiwa pendidik.

Kata pepatah "Bila guru kencing berdiri maka murid kencing berlari". Itulah sebabnya, terlebih dahulu kita harus menata diri sendiri.

Para sahabat, saat berperang dengan Romawi pihak musuh memata-matai orang Islam. Hasilnya, pihak romawi tahu bahwa mereka di malam hari bagaikan pendeta, tapi di siang hari mereka bagaikan para jurit profesional. 
Jadi tidak bisa hanya mengandalkan kata-kata, tapi juga harus disertai dengan (gerakan secara batin) walaupun secara lahir mereka tetap profesional tapi karena tidak disertai dengan geraka batin, maka karirnya bisa berakhir dengan tragis.

Konon, Kiai Imam (Sepuh) kalau mau bepergian, sebelum waktu subuh beliau bangun lebih awal untuk bermunajat terlebih dahulu.

Menurut pengamatan Ketua III PPT ini, yang sering terjadi, kalau mau ikut hukum polisi maka yang salah harus dihukum, tapi kita ini pendidik, sehingga sebelum menjatuhkan hukuman harus banyak pertimbangan karena kita berhadapan dengan hukum sosial. 
Sebagai pengambil kebijakan, harus diimbangi dengan jiwa toleransi.
Selain itu kita harus ikhlas dalam menjalankan tugas yang diamanahkan kepada kita.

Kemudian, acara ini ditutup dengan pembacaan do'a bersama.